Guitar Experience

Potret Musik

Musik memberi kesegaran dalam jiwa

Thursday, September 21, 2017

Biografi - Johannes Brahms

Johannes Brahms adalah seorang komponis dan pianis asal Jerman yang menulis simfoni, concerti, musik kamar, karya piano, dan komposisi paduan suara.
KATA BIJAK
"Tidak sulit untuk ditulis, tapi yang sangat sulit adalah meninggalkan catatan tak berguna di bawah meja."
-Johannes Brahms

Ringkasan
Lahir di Hamburg, Jerman, pada tanggal 7 Mei 1833, Brahms adalah master besar simfoni dan sonata pada paruh kedua abad ke-19. Dia dapat dipandang sebagai protagonis tradisi Klasik Joseph Haydn, Mozart, dan Beethoven.

Tahun-tahun awal
Secara luas dianggap sebagai komposer terbesar abad ke-19 dan salah satu musisi terkemuka era Romantik, Johannes Brahms lahir pada tanggal 7 Mei 1833 di Hamburg, Jerman.
Dia adalah anak ketiga dari tiga anak Johanna Henrika Christiane Nissen dan Johann Jakob Brahms. Musik diperkenalkan pada kehidupannya sejak usia dini. Ayahnya adalah seorang bassist ganda di Hamburg Philharmonic Society, dan anak-anak muda Brahms mulai bermain piano pada usia tujuh tahun.
Pada saat dia masih remaja, Brahms sudah seorang musisi berprestasi, dan dia menggunakan bakatnya untuk mendapatkan uang di penginapan lokal, di rumah pelacuran dan di sepanjang dermaga kota untuk memudahkan kondisi keuangan keluarganya yang seringkali ketat.
Pada tahun 1853 Brahms diperkenalkan dengan komposer terkenal Jerman dan kritikus musik Robert Schumann. Kedua pria itu dengan cepat tumbuh dekat, dengan Schumann melihat harapan sahabatnya yang lebih besar untuk masa depan musik. Dia menjuluki Brahms sebagai seorang jenius dan memuji "elang muda" secara terbuka di sebuah artikel terkenal. Kata-kata baik dengan cepat membuat komposer muda itu menjadi entitas yang dikenal di dunia musik.
Tapi dunia musik ini juga berada di persimpangan jalan. Komponis modernis seperti Franz Liszt dan Richard Wagner, wajah-wajah terkemuka "Sekolah Jerman Baru" menegur lebih banyak suara tradisional Schumann. Suara mereka berasal dari struktur organik dan kebebasan harmonis, menarik dari literatur untuk mendapatkan inspirasi.
Bagi Schumann dan akhirnya Brahms, suara baru ini adalah kegemaran belaka dan meniadakan jenius komposer seperti Johann Sebastian Bach dan Ludwig van Beethoven.
Pada tahun 1854 Schumann jatuh sakit. Sebagai pertanda persahabatannya yang erat dengan mentor dan keluarganya, Brahms membantu istri Schumann, Clara, dengan mengurus urusan rumah tangganya. Sejarawan musik percaya bahwa Brahms segera jatuh cinta pada Clara, meskipun dia sepertinya tidak membalas kekagumannya. Bahkan setelah kematian Schumann di tahun 1856, keduanya tetap berteman.
Selama beberapa tahun berikutnya, Brahms memegang beberapa jabatan berbeda, termasuk konduktor paduan suara wanita di Hamburg, yang diangkat pada tahun 1859. Dia juga terus menulis musiknya sendiri. Keluarnya termasuk "String Sextet di B-flat Major" dan "Piano Concerto No. 1 di D Minor."

Hidup di Wina
Pada awal 1860-an Brahms melakukan kunjungan pertamanya ke Wina, dan pada tahun 1863 ia diangkat sebagai direktur Singakademie, sebuah kelompok paduan suara, di mana ia berkonsentrasi pada karya cappella historis dan modern.
Brahms, sebagian besar, menikmati kesuksesan di Wina. Pada awal 1870-an ia adalah konduktor utama Society of Friends of Music. Dia juga mengarahkan Vienna Philharmonic Orchestra selama tiga musim.
Pekerjaannya sendiri juga berlanjut. Pada tahun 1868, setelah kematian ibunya, dia menyelesaikan "A German Requiem," sebuah komposisi yang didasarkan pada teks-teks Alkitab dan sering disebut-sebut sebagai salah satu potongan paling penting dari musik paduan suara yang dibuat pada abad ke-19. Bagian berlapis banyak menyatukan paduan suara campuran, suara solo dan orkestra lengkap.
Sumbangan Brahms juga menyentuh tanah yang terang. Komposisinya dari periode ini termasuk waltz dan dua jilid "Hungarian Dances" untuk duet piano.

Kehidupan pribadi
Brahms tidak pernah menikah. Setelah usahanya yang gagal membuat Clara Schumann menjadi kekasihnya, Brahms terus memiliki serangkaian hubungan yang kecil. Mereka berselingkuh dengan Agathe von Siebold pada tahun 1858, yang dengan cepat dia, karena alasan yang tidak pernah benar-benar mengerti, mundur dari.
Sepertinya Brahms jatuh cinta dengan mudah. Satu akun membuatnya harus menolak memberi les piano karena daya tariknya padanya.

Tahun kemudian
Yang keras kepala dan tanpa kompromi, Brahms juga dikenal kasar dan sarkastik dengan orang dewasa. Dengan anak-anak, dia menunjukkan sisi yang lebih lembut, sering membagikan permen penny kepada anak-anak yang dia temui di lingkungannya di Wina. Ia juga menikmati alam dan sering berjalan-jalan di hutan.
Brahms tinggal di Wina selama sisa hidupnya. Summers menemukannya bepergian secara meluas ke seluruh Eropa, sementara tur konser juga membawanya ke jalan juga. Selama pertunjukan ini, Brahms melakukan atau melakukan secara ketat materinya sendiri.
Kekayaan komposisi baginya untuk menarik dari terus tumbuh di tahun 1880-an dan 90-an. Karyanya termasuk "Double Concerto in A Minor," "Piano Trio No. 3 di C Minor" dan "Violin Sonata in D Minor." Sebagai tambahan, ia menyelesaikan "String Quintet in F Major" dan "String Quintet in G Major."

Selama dekade terakhir, Brahms menulis beberapa potongan musik chamberet, bekerja sama dengan ahli klarinet Richard Muhlfeld untuk membawakan lagu-lagu yang mencakup "Trio untuk Clarinet, Cello dan Piano," dan juga "Quintet for Clarinet and Strings."
Tahun-tahun belakangan ini bagi sang komposer, dia bisa menjalani hidup yang nyaman. Musiknya, sejak tahun 1860, telah terjual dengan baik, dan Brahms, yang jauh dari flamboyan atau berlebihan, menjalani kehidupan yang hemat di apartemennya yang sederhana. Seorang investor yang cerdik, Brahms melakukannya dengan baik di pasar saham. Kekayaannya, bagaimanapun, disaingi oleh kemurahan hatinya, karena Brahms sering memberi uang kepada teman dan siswa musik muda.
Komitmen Brahms terhadap keahliannya menunjukkan bahwa dia perfeksionis. Dia sering menghancurkan barang jadi yang dianggapnya tidak layak, termasuk sekitar 20 kuartet string. Pada tahun 1890 Brahms mengklaim bahwa dia menyerah menulis, namun pendiriannya berumur pendek, dan tak lama kemudian dia kembali lagi.

Selama tahun-tahun terakhirnya, Brahms menyelesaikan "Vier ernste Gesange," yang mulai bekerja dari Alkitab Ibrani dan Perjanjian Baru. Itu adalah bagian yang mengungkapkan komposer, memberatkan apa yang ditemukan di bumi dan merangkul kematian sebagai kelegaan dari kelebihan dan kesengsaraan material dunia.
Brahms sendiri pasti sudah mati dalam pikirannya. Pada tanggal 20 Mei 1896, teman lamanya Clara Schumann meninggal dunia setelah beberapa tahun mengalami masalah kesehatan. Sekitar saat ini, kesehatan Brahms sendiri mulai memburuk. Dokter menemukan bahwa hatinya dalam kondisi buruk. Brahms memberikan penampilan terakhirnya pada bulan Maret 1897 di Wina. Dia meninggal sebulan kemudian, pada tanggal 3 April 1897, dari komplikasi akibat kanker.

Biografi - Fryderyk Franciszek Chopin

Musik senantiasa berkumandang dalam rumah Chopin, dan orang tua Frédéric merasa sedih ketika melihat bayi laki-laki mereka menangis tatkala mendengar suara nyanyian atau permainan piano dan alat musik lainnya. Mereka mengira ia membenci musik; namun suatu hari ketika ia menaiki piano dan dengan jari-jari mungilnya menekan beberapa nada, mereka mengerti dengan tawa dan air mata bahwa putra mereka itu menangis karena sukacita. Tak heran jika Frédéric Chopin tumbuh dewasa menjadi “penyair piano.” Dengan pendirian yang sangat teguh, hampir semua yang dia ciptakan adalah untuk dimainkan dengan piano. Ia menciptakan dunianya sendiri yang unik berkenaan dengan kesemarakan bunyi.

Chopin menghabiskan setengah dari kehidupannya yang singkat di Polandia dan setengahnya lagi di Paris. Seperti halnya banyak anak muda cerdas lainnya, ia mendambakan petualangan. Oleh karenanya, ia pergi ke Wina, Berlin, Munich, dan beberapa tempat lainnya, tetapi Paris adalah tempat tujuannya, dan ia tiba di sana tahun 1831. Ketika berada di Berlin ia bertemu dengan Mendelssohn tetapi terlalu malu untuk memperkenalkan dirinya. Dalam salah satu perjalanannya sebelum menuju Paris, ia mendengar “Ode for St. Cecilia’s Day” karya Handel. Ia menulis surat ke rumah, “Karya itu hampir mendekati idealku tentang musik yang agung.”

Chopin dilahirkan dekat Warsawa. Ayahnya, orang Prancis, datang ke Polandia untuk bekerja, namun setelah perusahaan tempatnya bekerja bangkrut, ia bekerja sebagai guru privat dan akhirnya mulai mendirikan kursus miliknya sendiri yang sukses. Banyak muridnya berasal dari kalangan bangsawan, dan sejak awal Frédéric suka bergaul dengan mereka yang berasal dari kalangan teratas. Ibunya adalah dayang seorang countess, dan ia sendiri adalah keturunan bangsawan.

Suasana di rumah Chopin penuh kasih sayang, sopan, dan artistik. Ada empat anak, dan keempatnya berbakat musik. Sebagai satu-satunya anak laki-laki, pilihan Frédéric untuk kariernya sudah pasti. Pada usia enam tahun ia sudah menjadi pianis andal, dan dipanggil banyak orang sebagai Mozart yang lain. Pada usia delapan tahun ia melihat komposisinya yang pertama dicetak. Komposisi itu merupakan sebuah polonaise, tarian tradisional Polandia, yang semula dilakukan oleh kaum bangsawan.

Guru pertama Chopin, seorang musisi yang andal, memperkenalkan murid mudanya yang luar biasa ini kepada Bach dan juga mengizinkannya membuat improvisasi dengan bebas pada piano. Dalam tahun-tahun berikutnya Chopin memainkan bagian-bagian dari Well-Tempered Clavier karya Bach sebagai pemanasan sebelum memulai suatu konser. Ia menguasai semua komposisi itu di luar kepala.

Dengan guru berikutnya, Joseph Elsner, Chopin belajar komposisi. Ini merupakan saat yang sangat penting dalam pendidikan musiknya. Sangat wajar bagi musisi dengan pendidikan lengkap seperti Elsner untuk mendesak murid-muridnya menggubah sonata, simfoni, opera, dan bentuk-bentuk musik lainnya untuk memperluas pemahaman mereka tentang banyak kemungkinan yang ada bagi seorang komponis. Namun Elsner memiliki keputusan yang sangat bagus. Ia tidak pernah memaksa gaya bermusik Chopin dan melakukan apa saja yang ia mampu supaya bakat unik Chopin berkembang secara alami.

Di L’Abri Fellowship kami sering ditanya, “Apa maksudnya menjadi kreatif? Bagaimana Anda mendefinisikan seorang seniman yang kreatif?”

Chopin merupakan contoh yang menarik. Ia sangat berkonsentrasi pada sudut pandangnya sendiri yang khusus dan terbatas. Dalam usia muda ia memutuskan menciptakan musik semata-mata untuk alat musik yang ia cintai. Musik tidak mengalir begitu saja dengan mudah dari dirinya. Ia harus bekerja keras dan kadangkala disertai penderitaan yang berat untuk menuntaskan tujuannya. Ia lebih menyukai bentuk musik yang pendek; dan seperti tukang perhiasan mengerjakan permata yang langka, Chopin akan memoles hasil komposisinya yang relatif sedikit hingga mendekati sempurna, sesuai yang ia sanggup lakukan.

Penulis lain mengatakannya demikian, “Ia mengolah dan menanami kebunnya sendiri.” Siapa pun yang pernah melakukan persiapan menanam akan mengerti kerja keras yang harus ia lakukan untuk mengolah dan menanam bunga dan sayuran.

Saat Chopin meninggalkan Polandia dan keluarganya yang tercinta sebagai seorang pemuda berusia dua puluh tahun, tidak pernah terlintas dalam pikirannya bahwa ia tak akan kembali ke sana lagi. Penulis biografi, Huneker, berkata, “Dengan penuh dukacita Chopin meninggalkan rumah, orang tua, teman … dan pergi ke dunia dengan keyboard dan otak yang dipenuhi musik nan indah sebagai senjata satu-satunya.” Kasihnya yang tidak berubah kepada keluarganya merupakan salah satu sifatnya yang terbaik.

Orang Polandia menganggap Chopin sebagai tokoh kebudayaan tertinggi yang pernah dihasilkan negara mereka. Ia adalah jiwa musiknya Polandia. Salah satu ledakan dramatis terbesar dalam literatur piano adalah Revolutionary Etude (Op. 10, No. 12). Ia menggubahnya dengan perasaan yang mendalam tatkala ia mendengar bahwa Warsawa jatuh ke tangan orang Rusia.

Ketika Chopin tiba di Paris pada musim gugur tahun 1831, saat itu Prancis dalam kondisi stabil sementara, dan kebangkitan dan kemakmuran nasional ditunjukkan dengan berkembangnya kesenian di sana. Chopin telah menikmati kesuksesan yang terbatas, tetapi sebagai komponis ia tahu bahwa “komposisi pianonya belaka” tidak akan terlalu digemari di tengah kehidupan musik masyarakat Paris. Jadi sebelum meninggalkan Warsawa, ia telah menyelesaikan banyak komposisi, termasuk Piano Concertos in F Minor and E Minor, juga mazurka [tarian Polandia] dan sebagian besar Etude [karya yang mengandung latihan untuk mengembangkan teknik main].

Ia hanya memiliki sedikit uang tetapi dengan cepat memiliki teman-teman dari kalangan bangsawan, dan ada berita yang mengatakan bahwa Chopin bersedia memberi les piano. Hampir dengan segera ia memiliki murid lebih banyak daripada beberapa guru besar terbaik di Paris. Muridnya – Pangeran ini, Countessitu, Duke itu, dan yang semacam itu – tidak pernah membayar Chopin untuk les yang diberikan. Sebagai gantinya, diam-diam mereka menaruh dua puluh atau tiga puluh franc pada rak di atas perapian saat Chopin memandang jendela atau mengikir kuku jarinya. Ia terlalu angkuh untuk menunjukkan kenyataan bahwa ia benar-benar membutuhkan uang itu.

Sisi pengajaran dari karier Chopin tercermin dalam banyak etudenya, termasuk etude yang dianggap oleh sebagian orang sebagai melodinya yang terhebat, yaitu Etude Op. 10, No. 3, dan komposisi-komposisi yang digubah untuk dimainkan murid-muridnya. Komposisi itu mencakup prelude, nocturne [komposisi yang bersifat tenang dan halus, melukiskan suasana malam yang romantik], waltz, impromptu [karya musik yang tampak seolah-olah diimprovisasi], mazurka, dan polonaise awal. Banyak dari komposisi ini dipersembahkan kepada murid-muridnya.

Dengan cepat Chopin menghasilkan uang yang cukup untuk merawat kudanya sendiri, hidup dengan nyaman, dan berpakaian seperti seorang count. Dengan demikian ia dikenal dan disenangi di kalangan yang lebih atas, meski ia hanya memiliki sedikit teman dekat. Schumann membantu memperluas kemashyurannya, namun terlepas dari Schumann sekalipun, Chopin sudah dikenal sebagai seorang jenius. Liszt, Berlioz, Hiller, Bellini, dan Meyerbeer juga menjadi teman-teman yang mengagumkan.

Ke mana pun Chopin pergi, ia diperlakukan istimewa layaknya seorang pangeran, dan kualitas yang mulia ini dibawa ke dalam musiknya. Komposisi-komposisinya tak pernah tidak menarik atau biasa-biasa saja. Chopin bukanlah pengekor komponis lain, ia seorang pemimpin.

Walau dikenal sebagai pianis besar (improvisasinya membangkitkan rasa takjub), kesehatannya yang lemah membatasi kenyaringan suara musiknya, dan sejak awal kariernya ia menyadari bahwa sebaiknya ia tidak bermain di ruang aula yang besar. Dalam sejarah permainan piano, tak ada contoh lain tentang reputasi yang melegenda sedemikian hebat. Hal ini didasarkannya pada hanya tiga puluh kali pertunjukan di muka umum yang Chopin berikan di sepanjang kariernya. Dalam salah satu konser terakhirnya, bunyi yang dihasilkannya nyaris seperti suara berbisik dan tepuk tangan penonton hampir sama lembutnya dengan permainannya.

Karya-karya Chopin menuntut pemain piano tidak hanya menguasai teknik dan mutu dalam menekan tuts piano dengan sempurna, tetapi juga penggunaan pedal secara imajinatif dan penggunaan “tempo rubato” dengan hati-hati. Chopin menggambarkan hal ini dengan sedikit mendorong atau menahan dalam memainkan bagian kalimat lagu di tangan kanan, sementara iringan tangan kiri terus dimainkan dalam kecepatan yang tepat.

Pada pesta-pesta musik pribadi di rumah-rumah yang indah milik teman-teman bangsawannya yang banyak inilah Chopin dikenal dan dicintai sebagai pianis sekaligus komponis. Saat-saat itu pasti merupakan malam yang menggembirakan. Kita dapat membayangkan Chopin dan Liszt memainkan musik empat-tangan dengan banyak improvisasi dan mungkin Mendelssohn atau Berliozlah yang membalikkan lembaran partiturnya.

Perlu disebutkan bahwa Chopin memiliki pegangan yang kuat dalam hidup meski kesehatannya buruk. Sikap optimisnya yang riang menolongnya. Di tengah-tengah frustrasi ia masih dapat tersenyum dan bahkan bercanda tentang apa pun yang sedang menjengkelkannya. Namun orang dapat mendengar aspek sedih dari hidupnya dalam musik Romantiknya yang melankolis.

Chopin suka berteman dengan wanita, dan mereka menghargainya, namun karena kelemahan fisiknya dan sifat pendiamnya yang ekstrem, ia tidak menikah. Sebelum datang ke Paris, ia berharap untuk menikahi wanita bangsawan yang telah dikenalnya sejak kecil, tetapi ayah si gadis keberatan karena tidak ingin punya menantu seorang musisi.

Chopin pernah menjalin hubungan cinta beberapa kali, dan kerinduannya akan kasih sayang tampak pada nocturne–nocturne yang digubahnya. Ketika akhirnya ia menerima kenyataan bahwa hubungan cintanya dengan countess itu berakhir, kesehatannya terganggu, dan ia menjadi sangat depresi; namun sebelum meninggalkan Polandia, ia menggubah sebuah musik waltz untuknya, Op. 69, No. 1.

Dua orang teman mendesak Chopin ikut dengan mereka ke Inggris. Mereka meyakinkannya bahwa perubahan suasana akan memulihkan dan mengangkat rohnya yang tertekan. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Gabungan antara cuaca Inggris dan vitalitasnya yang sudah rendah merusak paru-parunya yang lemah. Ia kembali ke Paris dengan pikiran dan tubuh yang menderita, dan mungkin ia akan menyerah dalam keputusasaan jika penulis George Sand, salah satu wanita yang luar biasa pada abad ke-19, tidak merasuki hidupnya. Mereka bertemu dengan perantaraan Liszt pada musim dingin tahun 1836, dan hampir segera setelah kedatangannya kembali dari Inggris, mereka tampak di mana-mana berdua.

Sand lebih tua dari Chopin, dan menjelang pertemuan mereka ia berada pada puncak kemashyurannya sebagai novelis dan tokoh feminis. Bagi orang yang melihat sepintas lalu, tampaknya ia, wanita yang mampu mengatur orang lain itu, bertanggung jawab atas sang musisi. Namun sebenarnya tidaklah demikian. Chopin hidup dengan kondisi fisik yang lemah dalam sebagian besar hidupnya dan belajar seni untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Karena kelemahan fisiknya yang parah kadang-kadang, ia terpaksa bergantung pada orang lain untuk mendapatkan bantuan, tetapi dalam karya seninya ia menunjukkan tingkat kepercayaan diri dan kemandirian yang mengagumkan.

Chopin sangat mengharapkan kesempurnaan, dan keinginan ini mendominasi keseluruhan hidupnya. Dalam hubungan yang tidak seperti biasanya dengan George Sand, niscaya ia mendapatkan kestabilan emosi yang ia butuhkan, dan ia diberi waktu dan ketenangan untuk membuat komposisi. Selama sembilan tahun berikutnya Chopin memasuki salah satu masa yang paling produktif dalam hidupnya. Dalam ballade [lagu yang isinya bersifat petualangan, berjiwa pahlawan atau romantis] yang penuh gairah, scherzo [komposisi yang bersifat lelucon, ringan hati dengan tempo yang cepat dan irama yang gesit] yang imajinatif, impromptu, dan karya-karya yang terinspirasi sedemikian rupa seperti Fantaisie in F Minor, Barcarolle, dan Berceuse, orang akan menemukan kesempurnaan yang ia perjuangkan.

Pada awal November 1838, Chopin dan Sand, bersama anak-anak Sand dan seorang pembantu, pergi ke Pulau Majorca mencari sinar matahari dan kehangatan. Namun sebaliknya, pulau itu basah, dingin, dan tidak menyenangkan, terutama karena mereka tinggal di sebuah biara Carthusian yang telah lama ditinggalkan. Seratusan tahun kemudian kami yang ada di L’Abri mengunjungi biara itu pada hari yang cerah dan indah. Meski demikian, bagian dalam biara tampak dingin dan suram. Bilik kecil yang lembab dan makanan yang buruk nyaris menamatkan riwayat Chopin, dan akhirnya pelancong-pelancong yang letih ini singgah di Marseilles hingga kondisi Chopin sudah cukup baik untuk meneruskan perjalanan ke Nohant, tempat George Sand memiliki rumah musim panas.

Kendati mengalami banyak kesulitan di Majorca, Chopin kembali ke Prancis setelah menciptakan dua polonaise, C Sharp Minor Scherzo, Prelude in A Major, No. 7 (salah satu komposisinya yang paling pedih), dan 24 prelude (Op. 28). Ia memiliki salinan prelude-prelude Bach dan dengan rendah hati ia mengatakan bahwa 24 preludenya “hanyalah tulisan cakar ayam” jika disandingkan dengan 48 prelude Bach. Chopin mencurahkan segenap hatinya untuk menggubah musiknya, dan mengunci dirinya dalam kamar (atau dalam bilik kecil biara) kadangkala selama beberapa hari, untuk mengerjakan dan mengulang sebuah komposisi.

Pada tahun 1847 persahabatannya dengan George Sand berakhir dengan tiba-tiba. Dalam sebuah pertengkaran antara George dan putrinya Solange, Chopin memihak Solange, dan akhirnya George Sand tak tahan lagi. Bagi Sand, perpisahan itu tidak terlalu mengganggunya karena ia sangat disibukkan oleh kegiatan menulisnya dan berbagai sebab lainnya. Namun bagi Chopin, peristiwa itu benar-benar merupakan pukulan yang mematikan dan menandai akhir dari kreativitasnya. Kondisi fisiknya memburuk dengan cepat, dan ia tak pernah menggubah musik lagi.

Atas desakan teman Skotlandianya, Jane Stirling, salah seorang muridnya yang kaya, Chopin pergi ke Inggris dan Skotlandia di mana ia segera digemari oleh masyarakat modern. Ia berada dalam stadium terakhir penyakit tuberkulosis dan begitu kehabisan tenaga sehingga setelah memainkan musik di sebuah salon[pertemuan rutin tamu-tamu di rumah seorang wanita dari kalangan atas], ia harus dibopong menuju kamar tidurnya dan digantikan bajunya oleh pembantu prianya.

Ia kembali ke Paris di mana revolusi masih memanas. Ia hampir tidak mempunyai uang lagi, tetapi untungnya keluarga Stirling memberinya hadiah yang besar untuk menopangnya pada masa-masa akhir hidupnya. Saudara perempuannya Louise datang dari Polandia untuk merawatnya. Ia bertahan hidup dalam penderitaan yang sangat hingga dini hari tanggal 17 Oktober 1849. Negara Polandia yang selalu terbuka untuk Chopin sejak ia meninggalkan Warsawa tahun 1830 serasa ikut terkubur bersamanya. Kuburannya di Père-Lachaise Cemetery terletak di antara makam Cherubini dan Bellini.

Tak diragukan bahwa Chopin mendapatkan rasa aman dan kedamaian pikiran yang mempercepat kematangan akhir dari kejeniusannya karena kasih sayang dan perhatian George Sand. Masa yang baru dalam hidupnya diawali dengan B Flat Minor Sonata, G Major Nocturne, Op. 37, No. 2, dan F Sharp Impromptu, yang semuanya diciptakannya pada masa pertama kali ia tinggal di Nohant. Sejak itu hingga tahun 1846 saat-saat musim panasnya ia lewatkan di Nohant di mana ia tidak hanya menggubah tetapi juga menikmati kunjungan penyanyi besar Pauline Viardot dan pelukis Delacroix, yang lukisan dramatisnya atas diri Chopin kini tergantung di Louvre.

Di sepanjang hidupnya Chopin suka menyanyi, dan secara khusus ia memiliki kasih terbesar pada komponis opera Italia Bellini. Musik Frédéric Chopin menghendaki pembagian kalimat lagu yang halus dan nada yang bernyanyi. Karena keunikan gaya musiknya, orang dapat langsung mengenali musik Chopin, yang sudah sepantasnya disebut “penyair piano.”