Tuesday, November 17, 2015
Biografi - Ludwig van Beethoven
Beethoven lahir dengan
nama lengkap Ludwig van Beethoven. Ia lahir di Jerman tepatnya di Bonn pada
tanggal 17 Desember 1770. Ia adalah penggubah musik terkenal di dunia. Namun
begitu kehidupannya penuh dengan cobaan dan hambatan. Terlepas dari
penderitaannya, Beethoven tetap optimis dan bertekad untuk meninggikan sukacita
kehidupan.
Masa Kecil
Beethoven memang
disiapkan oleh ayahnya untuk menjadi penggubah musik klasik yang terkenal. Ini terbukti
dari cara ayahnya mendidiknya terutama dalam bermain piano yang dirasa
Beethoven waktu itu sangatlah keras padanya. Namun dari situlah akhirnya
Beethoven sadar bahwa dia menjadi ahli di bidang musik adalah karena ayahnya.
Sejak kecil ayahnya
sering menyuruhnya belajar main piano dengan sungguh-sungguh. Jika Beethoven
salah dalam memainkan nuts nya maka kayu akan mendarat di tubuhnya. Begitulah
setiap hari yang dilalui oleh Beethoven. Saking kerasnya sang ayah mengajarinya, sering
jarinya sakit dan bengkak karena terlalu lama memainkan piano.
Beethoven memang berasal
dari keluarga pemusik. Kakeknya adalah penyanyi tenor tang dihormati sekaligus
dirigen orkestra istanah. Dibawah pengaruh kakeknya, kecintaan Beethoven kecil
terhadap musik mulai dipupuk. Sayangnya kakeknya meninggal ketika ia berusia
tiga tahun. Sedangkan ayahnya adalah penyanyi tenor yang biasa-biasa saja serta
bertemperamen keras dan ibunya adalah seorang pembantu rumah tangga biasa.
Mungkin dari sinilah ayahnya ingin mengembalikan wibawa keluarga yang sempat
menjadi orang terhormat saat masih ada sang kakek dan ayahnya berharap orang
itu adalah Beethoven.
Ketika Beethovenn capek
dalam berlatih, sang ayah selalu mendaratkan tamparan dipipi sambil berseru “Jangan
malas, Mozart sudah mendapatkan banyak uang dari main piano saat seusiamu.”
Itulah yang selalu didoktrinkan pada Beethoven. Mau tidak mau Beethoven
mengangkat jari-jarinya untuk memainkan tuts piano.
Perlu diketahui Mozart
adalah ahli musik klasik yang sudah terkenal saat itu dan menjadi kiblat
Beethoven dalam menggubah musik klasik.
Ketika ia berusia 11
tahun, Beethoven harus putus sekolah dan ia bekerja sebagai organis istanah
untuk membantu keuangan keluarga. Masa kecil Beethoven sangat tidak bahagia. Ia
tidak memiliki teman karena memang tidak diizinkan bermain, ia hanya diizinkan
belajar musik dan musik. Jika sepi melanda, Beethoven bermain piano sembari
menghibur diri “Tak apalah musik adalah temanku.” Begitulah hari-harinya.
Minat Beethoven pada
musik tak pernah padam. Ketika ia berusia 22 tahun, ia berkelana ke Vienna
Austria untuk lebih memperdalam musik. Vienna adalah kota musik yang terkenal di
dunia. Banyak ahli musik yang dilahirkan dari kota ini. Selain itu Vienna
terkenal dengan pertunjukan drama, operet, gedung konser dan segalanya yang
berhubungan dengan musik dan pertunjukan.
Kehilangan Pendengarannya
Saat itu Beethoven pun
juga mengadakan pertunjukan disana dan tak disangka banyak orang yang
mengaguminya. Karir Beethoven semakin bersinar di Vienna, sampai suatu kejadian
memukulnya dengan keras yaitu tiba-tiba Beethoven kehilangan pendengarannya.
Ya, dia menjadi tuli secara tiba-tiba.
Mengalami hal ini ingin
rasanya Beethoven mengakhiri hidupnya, bagaimana mungkin ia bisa memainkan lagu
jika ia tak bisa mendengar. Sejak kecil ia sengsara, mengapa pula saat
kesuksesan digenggaman, takdir kehidupan menghajarnya lagi, tak cukupkah masa
kecilnya terampas. Begitulah Beethoven menyesali keadaannya.
Namun suatu pagi saat ia
berjalan ditaman. Ia begitu menikmati keindahan taman, mentari pagi yang hangat
menyapa, desiran angin yang ia rasakan begitu sejuk, semerbak bunga yang sangat
menyentuh hidung...Ia begitu menikmati ini dan tercetuslah sesuatu.....
“Inilah musik alam! Boleh
saja pendengaranku hilang, tetapi aku masih dapat “mendengar” vitalitas dan
melodi alam! Tak ada yang dapat mengalahkan musik alam. Tetapi berapa banyakkah
orang yang dapat mendengar suara-suara yang demikian sorgawi ini? Akan kuubah
menjadi musik dan kuhapuskan kesengsaraan dalam kehidupan! Ya.. nasib akan
kulawan engkau ...takkan pernah aku tunduk kepadamu.” Begitulah Beethoven.
Sejak saat itu ia mulai
bangkit dari keterpurukannya. Beethoven menguasai dirinya, hari-hari berikutnya
ia gubah banyak karya terkenal di dunia. Daya yang tak terkekang, kobaran suka
cita dan emosi kehidupan yang terekspresikan dalam musiknya itulah yang
memimpin gerakan romantis dalam musik klasik. Ia juga menjadi dikenal sebagai
musik klasik. Karirnya semakin menanjak walau pendengarannya berangsur-angsur
hilang.
Menang Atas Kekurangannya
Di usia senjanya,
Beethoven yang sudah sama sekali tuli harus menghadapi lagi kemunduran yang
meremukkan hatinya. Ketika ia berusia 53 tahun, Beethoven sedang memimpin
orkestra dalam suatu latihan. Karena tak dapat mendengar nyanyian di panggung,
orkestra yang dipimpinnya tak dapat mengimbangi nyanyian sang penyanyi.
Akibatnya ia diberhentikan dari memimpin orkestra.
Ia sangat terpukul dan
malu serat amarah. Ia langsung bergegas pulang. Di ruamah ia tumpahkan
kemarahannya sambil berteriak-teriak. “ Apakah habis sudah bagiku? Apakah itu
menandai akhir karir musikku? Tidak.... aku tidak boleh takluk pada nasib!”
Beethoven berlatih lebih
keras lagi dari yang sebelumnya. Untuk mendengar musik, ia gunakan sebuah
tongkat kayu.Satu ujungnya diletakkan di dalam piano dan ujung lainnya ia
gigit. Ia gunakan getaran kayu tersebut untuk membantunya membaca nada-nada
musiknya. Prosesnya sangat sulit. Hari-harinya ia gunakan untuk melatih
kepekaannya terhadap kayu tersebut. Benar-benar tak bisa dibayangkan tingkat
kesulitannya. Hanya orang keras kepala seperti Beethoven saja yang bisa
melakukannya.
Dua tahun kemudian
Beethoven mengadakan pagelaran karyanya, Symphony No 9. Itulah namanya.
Pagelaran ini diadakan di teater Karintian Gate. Beethoven memimpin orkestra
dengan sempurna, lebih sempurna dibandingkan sebelum ia tuli total. Wow...
banyak penonton yang amazing dengan apa yang dilakukan Beethoven. Mereka semua
mengira itu adalah akhir karir Bethoven, namun ternyata tidak, itu justru
peningkatan tertinggi Beethoven.
Setelah konser selesai,
sambutan gegap gempita memenuhi gedung konser itu. Semua terkesima akan apa
yang terjadi pada Beethoven. Bukan saja kesempurnaannya dalam memimpin orkestra
namun juga kekurangan yang ada pada dirinya berhasil ia kalahkan, itulah yang
lebih membuat penonton kagum pada sosok Beethoven.
Sekali lagi Beethoven menang atas nasib dan
kesengsaraannya.
Meninggal Dunia
Beethoven meninggal dunia
pada 26 Maret 1827 di Wina Austria. Pemakamannya dihadiri oleh 10 ribu hingga
30 ribu orang, jumlah yang sangat besar dalam menghadiri pemakaman diwaktu itu.
Karya Beethoven selalu dikenang sepanjang masa, bukan hanya karyanya yang memang
luar biasa namun juga karena ia berhasil menang mengatasi keterbatasan fisiknya
dan kesengsaraan hidupnya di waktu lampau.
Itulah biografi
Beethoven. Pelajaran yang bisa kita
petik dari kisahnya adalah apapun yang terjadi pada diri manusia entah itu
kekurangan finansial, keluarga yang tidak kaya, atau juga kecacatan tidak
menjadi masalah bagi kesuksesan seseorang selama terus berusaha dan yakin bisa.
Kuncinya adalah yakin, berdoa, keras kepala dan fokus. Semoga kita bisa
mencontoh hal-hal baik yang ada pada diri Beethoven untuk hidup kita yang lebih
berkualitas.